Selera Jangan Memaksa


Soal selera itu tak bisa dipaksakan, dan

memang tak bisa didikte. Namanya juga selera, dan syariat tentu membolehkan
pilihan dalam masalah selera, tak harus sama semuanya


Saya suka makan mie, bukan berarti yang
lain harus makan mie semuanya, saya tak suka makan kepala ikan, bukan berarti
semua orang harus tidak suka makan kepala ikan

Soal selera itu hukumnya sudah jelas,
itu adalah pilihan. Kecuali seleranya makanan haram, itu lain cerita. Tapi
selama hal itu boleh dalam syariat, selera sah-sah saja

Kita merasa jalan kaki itu sehat, bukan
berarti kita harus mengutuk orang yang naik mobil lalu mengatakan dia malas
olahraga, sekali lagi, selera tidak bisa dipaksakan

Kita nyaman makan nasi dengan tempe,
garam dan kecap manis, ya lakukanlah, tak perlu sambil menyindir orang yang
makan ayam goreng lantas tak mau hidup sederhana

Selera tak bisa memaksa, selama itu
syar'i tidak mengapa. Ada yang nyaman dengan batik, ada yang nyaman dengan
jubah, ada yang suka dengan sandal, ada juga sepatu

Apalagi bila berhadapan dengan sesama
Muslim yang memilih selera yang berbeda dengan kita, seharusnya kita jaga lisan
kita dari menyakiti sesama yang beriman

Bila kita memilih meyakini pendapat
bolehnya wajah wanita terbuka, ya jangan menyakiti mereka yang berpendapat
memakai cadar dengan sebutan ninja hatori atau taliban

Selera itu tak bisa memaksa, selama
dalam koridor syariat, itu keindahan yang Allah berikan pada kita,
berkata-katalah yang baik, atau lebih baik kita diam saja

Bisa jadi kita sudah betul, tapi jadi
salah karena kesombongan perkataan kita. Boleh jadi mereka tak lebih betul dari
kita, tapi tawadhu mereka jadi jalan pahala lebih besar



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kawan dalam Dakwah