UJI ASUMSI KLASIK

Disusun oleh                :  Komarudin


BAB I

LATAR BELAKANG


Pengertian Uji Asumsi Klasik ΙΙ Model Regresi yang diperoleh dari metoda ordinary Least Squares/OLS (kuadrat terkecil biasa) Merupakan model regresi yang menghasilkan Best Linear Unbias Estimator/Blue (estimator linear tidak bias yang terbaik). Hal tersebut dipenuhi dengan beberapa asumsi klasik yaitu Non Multikolinearitas, Homoskedastisitas, Non Autokorelasi, Independent Variable adalah Non stokastik, Distribusi kesalahan adalah Normal, dan Nilai rata-rata kesalahan populasi pada model stokastik adalah sama dengan nol.

Non Multikolinearitas artinya antara variabel bebas yang satu dengan variabel bebas yang lain, tidak saling berhubungan secara sempurna. Homoskedastisitas Artinya Varians variabel bebas adalah konstan untuk setiap nilai tertentu. Non autokorelasi artinya tidak terdapat pengaruh dari variabel dalam model melalui tenggang waktu. Independent variable adalah non stokastik memberi arti bahwa nilainya konstan pada setiap kali percobaan yang dilakukan secara berulang.

Penyimpangan asumsi klasik pada nonmultikolinearitas, homoskedastisitas dan Non autokorelasi, sangat berpengaruh terhadap pola perubahan Variabel Terikat. Sedangkan untuk penyimpangan asumsi klasik yang lain, hanya memberi sedikit pengaruh atau tidak berpengaruh sama sekali terhadap pola perubahan Variabel bebas.








BAB II

PEMBAHASAN

Uji asumsi klasik

Uji asumsi klasik adalah persyaratan statistik yang harus di penuhi pada analisis regresi linier berganda yang berbasis ordinary least square (OLS). Jadi analisis regresi yang tidak berdasarkan OLS tidak memerlukan persyaratan asumsi klasik, misalnya regresi logistik atau regresi ordinal. Demikian juga tidak semua uji asumsi klasik harus dilakukan pada analisis regresi linier, misalnya uji asumsi multikolinearitas tidak dilakukan pada analisis regresi linier sederhana dan uji autokorelasi tidak perlu di terapkan pada cross sectional.
Uji asumsi klasik juga tidak perlu dilakukan untuk analisis regresi linier yang bertujuan untuk menghitung nilai pada variabel tertentu. Misalnya nilai return saham yang dihitung dengan market model, atau market adjusted model. Perhitungan nilai return yang diharapkan dapat dilakukan dengan regresi, tetapi tidak perlu diuji klasik.
Uji asumsi klasik yang sering digunakan yaitu multikolinearritas, uji heteroskedastisitas, uji normalitas, uji autokorelasi dan uji linearitas. Tidak ada ketentuan yang pasti tentang urutan uji mana duluyang harus dipenuhi. Analisis dapat dilakukan tergantung pada data yang ada. Sebagai contoh, dilakukan analisis terhadap semua uji asumsi klasik, lalu dilihat mana yang tidak memenuhi persyaratan. Kemudian dilakukan perbaikan uji tersebut, dan setelah memenuhi persyaratan, dilakukan pada uji yang lain.

1.    Uji normalitas

Uji normalitas adalah untuk melihat apakah nilai residual terdistribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki nilai residual yang terdistribusi normal. Jadi uji normalitas bukan dilakukan pada masing-masing variabel tetapi pada nilai residualnya. Sering terjadi kesalahan yang jamak yaitu bahwa uji normalitas dilakukan pada masing-masing variabel. Hal ini tidak dilarang tetapi model regresi memerlukan normalitas pada nilai residualnya bukan pada masing –masing variabel penelitian.
Pengertian normal secara sederhana dapat dianalogikan dengan sebagian besar berada pada kategori sedang atau rata-rata. Jika kelas  tersebut bodoh semnua maka tidak normal, atau sekolah luar biasa. Dan sebaliknya jika suatu kelas banyak yang pandai maka kelas tersebut tidak normal atau merupakan kelas unggulan. Pengamatan data yang normal akan memberikan nilai ekstrim rendah dan ekstrim tinggi yang sedikit dan kebanyakan mengumpul di tengah. Demikian juga nilai rata-rata, modus dan median relatif dekat.
Uji normalitas dapat dilakukan dengan uji histogram, uji normalP Plot, uji square, skewness dan kurtosis atau uji kolgorov smirnov. Tidak ada metode yang paling baik atau paling tepat.
Tipsnya adalah bahwa pengujian dengan metode grafik sering menimbulkan perbedaan persepsi diantara beberapa pengamat, sehingga pengujian uji normalitas dengan uji statistik bebas dari keragu-raguan, meskipun tidak ada jaminan bahwa pengujian dengan uji statistik lebih baik dari pada dengan metode grafik.
Jika residual tidak normal tetapi dekat dengan nilai kritis (misalnya signifikansi kolmogorov smirnov sebesar 0,049) maka dapat dicoba dengan metode lain yang mungkin memberikan justifikasi normal. Tetapi jika jauh dari nilai normal, maka dapat dilakukan beberapa langkah yaitu: memberikan transformasi data, melakukan logaritma natural, akar kuadrat, inverse, atau bentuk yang lain tergantung dari bentuk kurva normalnya, apoakah condong ke kiri, ke kanan, mengumpul di tengah atau menyebar ke samping kanan dan kiri.

2.    Uji multikolinearitas

Uji multikolinearitas adalah untuk melihat ada atau tidaknya korelasi yang tinggi antara variabel-variabel bebas dalam suatu model regresi linear berganda. Jika ada korelasi yang tinggi di antara variabel-variabel bebasnya, maka hubungan antara variabel bebas terhadap variabel terikatnya menjadi terganggu. Sebagai ilustrasi, adalah model regresi dengan variabel bebasnya motivasi, kepemimpinan dan kepuasan kerja dengan variabel terikatnya adalah kinerja. Logika sederhananya adalah bahwa model tersebut untuk mencari pengaruh antara motivasi, kepemimpinan dan kepuasan kerja terhadap kinerja. Jika tidak ada korelasi yang tinggi antara motivasi dengan kepemimpinan, motivasi dengan kepuasan kerja atau antara kepemimpinan dengan kepuasan kerja.
Alat statistik yang sering digunakan untuk menguji gangguan multikolinearitas dengan variance inflation factor (VIF), korelasi pearson antara variabel-variabel bebas, atau dengan melihat eigenvalues dan condition index (ci)

Beberapa alternatif cara untuk mengatasi masalah multikolinearitas adalah sebagai berikut:

1. Mengganti atau mengeluarkan variabel yang mempunyai korelasi yang tinggu
2.
Menambah jumlah observasi
3. Mentransformasikan data ke dalam bentuk lain, misalnya logaritma natural, akar
 kuadrat atau bentuk first difference delta.


3.    Uji heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas adalah untuk melihat apakah terdapat ketidaksamaan varians dari residual satu ke pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang memenuhi persyaratan dimana terdapat kesamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap atau di sebut homoskedastisitas.
Deteksi heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan metode scatter plot dengan nilai ZPRED (nilai prediksi) dengan SRESID (nilai residualnya). Model yang baik didapatkan jika tidak terdapat pola tertentu pada grafik, seperti mengumpul di tengah, menyempit kemudian melebar atau sebaliknya melebar kemudian menyempit. Uji statistik yang dapat digunakan adalah uji glejser, uji park atau uji white.
Beberapa alternatif solusi jika model menyalahi asumsi heteroskedastisitas adalah dengan mentransformasikan ke dalam bentuk logaritma, yang hanya dapat dilakukan jika semua data bernilai positif. Atau dapat juga dilakukan dengan membagi semua variabel dengan variabel yang memahami gangguan heteroskedastisitas.

4.    Uji autokorelasi
Uji autokorelasi adalah untuk melihat apakah terjadi korelasi antara suatu t dengan periode sebelumnya (t-1). Secara sederhana adalah bahwa analisis regresi adalah untuk melihat pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel terikat, jadi tiadakboleh ada korelasi antara observasi dengan data observasi sebelumnya. Sebagai contoh adalah pengaruh antara tingkat inflasi bulanan terhadap nilai tukar rupiah terhadap dollar. Data tingkat inflasi pada bulan tertentu, katakanlah bulan februari, akan di pengaruhi oleh tingkat inflasi bulan januari. Berarti terdapat gangguan autokorelasi pada model tersebut. Contoh lain, pengeluaran rutin dalam suatu rumah tangga. Ketika pada bulan januari satu keluarga mengeluarkan belanja bulanan yang relatif tinggi, maka tanpa ada pengaruh dari apapun, pengeluaran pada bulan februari akan rendah.
Uji autokorelasi hanya dilakukan pada data time series (runtut waktu) dan tidak perlu dilakukan pada data cross section seperti pada kuesioner dimana pengukuran di bursa efekindonesia dimana periodenya lebih dari satu tahun  biasanya memerlukan uji autokorelasi
Beberapa uji statistik yang sering dipergunakan adalah uji durbin-watson, uji dengan run test dan jika data observasi di atas 100 data sebaiknya menggunakan uji lagrange multiplier. Beberapa cara untuk menanggulangi masalah autokorelasi adalah dengan mentranformasikan data atau bisa juga dengan mengubah model regresi ke dalam bentuk bersamaan beda umum (generalized difference equation). Selain itu juga dapat dilakukan dengan memasukkan variabel lag dari variabel terikatnya menjadi salah satu variabel beas, sehingga data observasi menjadi berkurang 1

5.    Uji linearitas
Uji linearitas dipergunakan untuk melihat apakah model yang dibangun mempunyai hubungan linear atau tidak. Uji ini jarang digunakan pada berbagai penelitian, karena biasanya model dibentuk berdasarkan telaah teroritis bahwa hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikatnya adalah linear. Hubungan antar variabel yang secara teori bukan merupakan hubungan linear sebenarnya sudah tidak dapat dianalisis dengan regresi linear, misalnya masalah elastisitas.
Jika ada hubungan antara dua variabel yang belum diketahui apakah linear atau tidak, uji linearitas tidak dapat digunakan  untuk mengkonfirmasikan apakah sifat linier antara dua variabel yang diidentifikasikan secara teori sesuai atau tidak dengan hasil observasi yang ada. Uji linieraritas dapat menggunakan uji durbin-watson






BAB III

Kesimpulan

Uji asumsi klasik adalah persyaratan statistik yang harus dipenuhi pada analisis regresi linear berganda yang berbasis ordinary least square (OLS).

Uji asumsi klasik yang sering digunakan yaitu uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, uji normalitas, uji autokorelasi dan uji linearitas. Tidak ada ketentuan yang pasti tentang urutan uji mana dulu yang harus dipenuhi. Analisis dapat dilakukan tergantung pada data yang ada. Sebagai contoh, dilakukan analisis terhadap semua uji asumsi klasik, lalu dilihat mana yang tidak memenuhi persyaratan. Kemudian dilakukan perbaikan pada uji tersebut, dan setelah memenuhi persyaratan, dilakukan pengujian pada uji yang lain.

Uji normalitas adalah untuk melihat apakah nilai residual terdistribusi normal atau tidak.

Uji multikolinearitas adalah untuk melihat ada atau tidaknya korelasi yang tinggi antara variabel-variabel bebas dalam suatu model regresi linear berganda.
Uji heteroskedastisitas adalah untuk melihat apakah terdapat ketidaksamaan varians dari residual satu ke pengamatan ke pengamatan yang lain.
Uji autokorelasi adalah untuk melihat apakah terjadi korelasi antara suatu periode t dengan periode sebelumnya (t -1).
Uji linearitas dipergunakan untuk melihat apakah model yang dibangun mempunyai hubungan linear atau tidak.


Kesimpulan, untuk yang memiliki data panel dan hendak melakukan uji asumsi klasik, maka yang diwajibkan bagi anda adalah uji heteroskedastisitas dan uji multikolinearitas. Untuk uji autokorelasi dan normalitas sebaiknya tidak dilakukan, karena hasilnya tidak memberikan makna sama sekali. Dan sekali lagi, tidak ada uji asumsi klasik khusus untuk data panel, karena uji asumsi klasik hanya untuk data yang posisinya jelas apakah time series atau cross section, adapun data panel sendiri lebih bersifat cross section. Adapun untuk uji regresinya silahkan anda menggunakan regresi data panel yang disediakan aplikasi Eviews. Caranya? Silahkan di googling hehe…

#DiaryAlFatih

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kawan dalam Dakwah